Rabu, 02 September 2015

Yakin, syurga memilih kita?




Terkadang sengaja atau tidak kita menjadi manusia yang terlalu pede dengan syurga, hanya karena sudah merasa (benar) melakukan kebaikan. Shalatlah, puasa, sedekah, dan seterusnya. Bahkan dengan pedenya kita memandang sebelah mata pada saudara kita yang lainnya, yang belum seperti kita cara berhijabnya, baca qur`annya, shalat tepat waktunya, atau banyaknya sedekah kita. Hanya karena sebab itu kita terkadang (memang) tanpa sadar bangga dengan diri yang sudah melakukan ini-itu hingga merasa puas.membahas ini saya jadi ingat bagaimana sebuah kisah/dongeng pengantar tidur saya tentang kisah zaman dahulu. Tentang pelacur yang memberikan air minum pada seekor binatang. Sejenak memberikan keleluasaan agar air yang berusaha ia ambil susah payah ltu membasahi dahaga sang binatang, justru saat ia pun didera rasa haus hingga ajal menjemputnya. Maka syurga menjadi tempatnya. 

Syurga itu (benar) diberikan pada mereka yang melakukan kebaikan-kebaikan sebagai rewardnya. Jangan dikira masuk syurga itu mudah semudah pikiran kita yang “wes, aku sudah shalat jama`ah, aku sudah ngaji satu juz setiap hari, dan seterusnya” tapi malah justru kata-kata ini membawa kita semakin terjerumus semakin dalam, lupa kalau setelah shalat kadang duduk ghibahin orang, nyebar fitnah, dll. Lupa selesai ngaji maki-maki orang, lupa kalau beberapa detik setelah sedekah menyampaikan sama orang…maka yang kecil-kecil inipun menghapus semua kebaikan itu, sadar atau tidaknya diri kita.

Syurga itu mahal kata saya pada segerombolan generasi kala itu.

“Kenapa?” (Mata bulat itu menatap penasaran)
“Coba…waktu shalat yang susah itu kapan?”
“Shubuh…”
“Denger azan langsung wudhu, kagak?”
(Sesi menggeleng)
“Berat?”
(sesi mengangguk)
“Itulah mengapa untuk mendapatkan syurga itu mahal. Banguan shubuh aja kadang molornya minta ampun. Dan kadang (maaf) tidak shalat. Entar dijamak ama dhuha (Tertawa+tersenyum)
(sang generasi cengegesan)
“Itu baru shubuh. Bagaimana dengan yang lainnya?”
(Nyengir)
“Nemu sampah di jalan, pungut tidak?”
(Mikir) jawab “Malu+gengsi”
“Kebaikan bukan?”
(Mengangguk)
“Rasulullah Saw pernah bersabda sedekah paling ringan adalah menyingkirkan duri dari jalan. Duri disini bisa bermakna sampah atau sejenisnya yang membahayakan orang lain, yang tak enak untuk dipandang. Bersih juga sebagian dari iman bukan?”
“Ya…”
“Pahala nggak?” “Pahala dong…” “kalau sudah berpahala-insyaallah peluang “koin”kebaikan menuju syurga bertambah, insyaallah..”
“Kalau neraka, kenapa murah?”
(Giliran saya yang tersenyum super lebar)
“Enak tidur atau shalat shubuh?”
“Tidur…”
“Enakan main game atau tadarrus?
“Main game”
“Tuh…! Mudahkan jalan menuju neraka?’ Jawab saya kemudian.
(Kepala mengangguk)
“Yakin syurga memilih kita?”
Bunyi bel terdengar.
Saya pamit dulu…ya…

#sesi ngobrol Nge-BT 1 (Ngobrol berbasis tauhid) selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar