Jumat, 11 September 2015

Refleksi IdulAdha




Jika sampai pada idul adha, maka pikiran kita sudah pasti selalu mengenang masa awal-mula lahirnya sejarah idul adha. Adalah dia tentang seorang Rasul pilihan yang Allah Swt berikan ujian sebagai bentuk keimanannya untuk menyembelih sang putra kesayangan yang dinanti hadirnya. Dialah Ibrahim A.s dan putranya Ismail A.s yang Allah Swt uji akan kebesaran cinta dan ketaatannya pada Allah Swt. Dua Rasul diantara Rasul lainnya yang wajib diimani dan yakini oleh seluruh kaum muslimin. Peran keduanya. Karena ketaatan dan kecintaannya akan perintah Allah Swt, maka Allah Swt gantikan dengan ternak yang besar, gemuk, dan sehat.
Allah swt selalu punya cara bagaimana menguji cinta HambaNya atasNya. Berbentuk kesenangan ataukah sebaliknya. Kesenangan pun ternyata adalah bentuk ujian. Adakah mereka yang bersyukur saat Allah swt berikan nikmatnya, atau malah kufur akan nikmat yang sudah diberikan. Tipe manusia berbeda-beda. Ada tipe manusia yang datang pada Allah Swt saat merasa membutuhkan sesuatu atau malah kesannya memaksa, dan ada pula yang saat diberikan segalanya lantas berpaling dariNya. Saat butuh saja baru menuju Allah Swt. Selain kesenangan, ternyata ujian Allah Swt dalam bentuk lainnya pun beragam. Ada yang diuji dengan kemiskinan tapi tetap bersyukur, dan adapula yang diuji kemiskinan malah sombong, tak berharap, tak meminta pada Allah Swt. Lebih berharap pada manusia.
Idul adha adalah moment penting kita (manusia) untuk manapaktilasi sejarah Ibrahim dan Ismail A.s. tentang mereka yang tetap bersyukur meski diberikan ujian yang nyaris mengorbankan perasaan sayangnya pada sang generasi. Sebab Ibrahim A.s memahami Ismail A.s adalah titipan Allah Swt. Lalu adakah kita yang memiliki kesetiaan padaNya, tidak dengan keberadaan putra-putri kita, tapi bisa jadi dengan harta kita mampu untuk mengorbanya untuk kepentingan agamaNya, syiar kebaikan untuk agamaNya, meski 10 % dari keseluruhan harta kita?
Zakat yang wajib disalurkan hanyalah 2,5 %, inipun kadang memberatkan sebagian orang, lalu bagaimana kalau Allah Swt meminta seluruhnya? Ingatkah kita akan Abu Bakar R.a yang rela memberikan seluruh hartanya untuk Islam bahkan jaminan yang diberikan cukup Allah Swt dan RasulNya? Atau ingatkan kita akan Umar bin Khattab yang ingin berlomba dengan Abu Bakar R.a namun tetap tak mampu menyaingi seorang Abu Bakar? Luar biasa pengorbanan mereka untuk Islam, lalu kita? Kapan bisa memiliki kerelaan?
Cukuplah Idul Adha membuat kita menjadi pribadi yang dermawan, mudah memberikan harta kita pada mereka yang tak merasakan apa yang kita rasakan, lewat qurban kita. Cukuplah kiranya moment ini menghadirkan hati kita untuk turut merasakan bahagia atas mereka yang layak mendapatkannya. Sejarah yang disampaikan lewat kisah para Rasul bukan untuk sekedar dibaca, tanpa di telaah. Islam kaya khazanah tapi hanya sebagian orang yang mau menyelaminya, mengambil spirit darinya, termasuk mengambil pesan dari Ibrahim dan Ismail A.s dan kaitannya dengan idul adha yang akan dijalankan sepekan kedepan.
Happy ied`adha, saudaraku…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar