Postingan

Menampilkan postingan dengan label Dream come`s true

Aku dan benda 14 inci itu

MIMPIKU terhalang karena tak memiliki sarana saat ingin memindahkan naksah dari buku untuk diketik menjadi naskah utuh. Itu terjadi disaat jelang semester akhir saat dimana gemuruh pada dadaku akan harapan-impian-dan cintaku akan naskahku tumbuh. Tumbuh greget justru saat-saat jelang penyusunan skripsi. Aku menyadari kekurangan orangtuaku untuk dapat memberikan sesuatu “mesin tik, computer atau laptop” hanya akan berhenti dianganku. Sebab yang pernah kubilang orang tuaku bukan lah bertitle borju dengan dompet tebal, dengan semua hal yang kami butuhkan ada saat meminta. Orang tuaku boleh tak borju, tapi insyaAllah mereka “borju” untuk urusan akhirat. Allah swt selalu punya rencana indah. Di tempat kuliah yang kebetulan saat itu aku menjadi pengurus BEM diberikan ruang dimana disanalah terletak benda 14 inci itu. Hitam dengan tuts-tutsnya yang berbunyi kencang. But dari sinilah seberkas harap yang masih tersisa bersinar terang. Aku mendapat restu untuk menggunakan computer BEM...

Pentingnya partner dalam impian

Aku tak pernah sendirian mewujudkan impianku. Disampingku banyak orang yang mendukung dan menjadi motivasiku untuk memulainya. Salah satunya adalah keberadaan teman-sahabat untuk menjadi partner menulis- Dialah sahabat-teman-saudara yang bertemu denganku diawal kuliah dulu, kurang lebih sekitar 10 tahun lalu. Bertemu dengannya karena hobi yang sama. Menulis kisah/novel pada halaman buku. Jika dibangku kuliah berhadapan dengan dosen yang membuat mata berair karena menguap ngantuk-materinya rada memusingkan bin membosankan maka alamat selanjutnya adalah menulis apa saja dibelakang buku yang akhirnya menjadi jalinan cerita utuh. Aku dan sahabat-teman-saudaraku yang biasa ku panggil Mba Rumi membuat jadwal bertemu untuk hanya sekedar menulis di sore hari, digedung sekolah. Saling berlomba untuk dapat menulis berhalaman-halaman. Saling membelakangi, lalu setelah jadi, maka langkah selanjutnya kami saling bertukar buku, membaca- kemudian memberikan masukan dalam setiap episode cer...

Bismillah. Perjalanan impianku

AKU bukanlah anak borju yang jika menginginkan ini dan itu lantas semuanya ada, hadir dihadapku. Bapakku adalah pekerja tangguh. Melaut hingga pertukangan dilakoni untuk tetap membuat dapur dirumah mengepul. Meski keterbatasan yang ada, bapak tetap memprioritaskan sekolah bagiku dan semua saudaraku. Saat impianku benar-benar tinggi, disanalah aku membutuhkan fasilitas untuk segera mewujudkannya. Semua dimulai sejak putih-biruku lewat buku sidu-mirage aku pun menuliskan obsesi pertamaku, menulis novel. Aku meyakini bahwa “Allah mengikuti persangkaanku” dan aku yakini kelak aku akan sampai disana, sampai dimana aku dapat menggapai impianku. Satu persatu kesempatan kuambil. Dibeberapa tulisan pernah kutuliskan bahwa menggapai impian pasti membutuhkan pengorbanan-airmata. Mading ER-VIE – ES-VIE – Putih abu-abuku Dua mading sekolah akhirnya menjadi pilihan untuk menajamkan spirit menulisku. Dua mading yang jelas berbeda bentuknya. Satu berhasa Indonesia-bahasaku, satunya b...

Karena bapak..

Seseorang bertanya padaku tentang minatku pada dunia literasi-tulis menulis. Mengapa aku menyukainya. Apakah ada hubungannya dengan bakat turunan orang tua? Kukatakan tidak. sebab memang tidak demikian. Bapak bukanlah orang yang suka menulis apalagi membaca. Sangat jarang aku menemukan Bapak membaca dan menulis secara rutin bahkan berkala. Bagaimana dengan mama? mama pun demikian...cuma intensitas membaca jika dibandingkan dengan bapak, mama lumayan sering terlihat membaca. Jadi bakat turunan tak ada sangkut pautnya dalam sukanya aku pada dunia tulis menulis. Mungkin benar, bakat tak melulu harus dimiliki keluarga lantas kitapun bisa melakukannya. Semua tergantung minat kita sebenarnya. Minat yang disandingkan dengan niat untuk dapat mencapai semua keinginan. Menulis... aku pun menyadari kalau kesukaan ini tumbuh sejak usia SMP. Saat dimana aku mulai pekan-pelan menuliskan kisah apapun itu yang mulanya terinspirasi dari buku 5 sekawan dan 3 sekawan kala itu. atau jika tak pu...