Senin, 01 April 2013

SEPAKBOLA DAN AZAN


            Gema azan ashar sudah menggema. Saling memanggil dari masjid satu ke masjid yang lainnya dengan satu tujuan. Mengajak kaum muslimin untuk segera menuaikan seruan untuk segera datang pada undangan Allah swt di RumahNya. Namun sebuah pemandangan sore itu membuat hembusan nafas terasa berbeda dengan sebelumnya.
            Sebuah masjid berdiri kokoh dengan warna hijau yang terang di sebuah wilayah kota yang ramai, sedangkan persis di depan masjid, berjarak hanya beberapa langkah sebuah helatan sepakbola tengah berlangsung ramai dengan penonton yang menjejali hampir seluruh pinggir lapangan bahkan mencangklongkan tangannya di atas batas pagar setinggi dada orang dewasa. Tenang dan asyik menyaksikan helatan sepakbola dengan teriakan yang membahana disertai sorakan pada setiap pemain yang diidolakan.
            Azan telah memanggil, namun keinginan untuk segera menyegerakan panggilan ilahi pun seolah hanya panggilan biasa dan tak pantas untuk segera diindahkan. Khawatir kehilangan moment dimana sang pemain menceta gol ke gawang lawan. Tak khawatir bagaimana gol dipintu neraka telah menanti. Nauzubillahi min dzalik.
            Sepakbola bukan lagi permainan yang membosankan untuk kalangan muda maupun tua yang menyukainya. Meskipun dunia persepakbolaan tanah air sedang bergolak dengan urusan yang tak selesai-selesai. Entahlah…
Menyaksikan helatan sepakbola mampu melupakan hamba akan tuhanNya, apatah lagi anak akan orang tua, suami akan istri. Ternyata hal itu sama besarnya dengan ketika menyaksikan sepakbola hanya melalui TV. Rela begadang hingga shubuh hanya karena sepakbola dan bahkan sebagian (afwan) lalai menyegerakan shalat, lupa menyegerakan shalat bahkan meninggalkannya hanya kantuk yang terasa beratnya dimata. Bukti bahwa memang syaitan tengah mengikat bahkan disebuah kisah dikatakan di kencingi syaithan hingga mata enggan untuk terbuka. Astagfirullah…
            Jika keadaan ini akan terus berulang maka akan menjadi habit (kebiasaan) yang semakin tinggi. Malah ironisnya terkadang tayangan itu di saat-saat kaum muslimin seharusnya menyeru panggilan TuhanNya.
Ironis bahkan terkesan sangat menyedihkan!
Tak ada yang melarang untuk menyaksikan helatan sepakbola, namun jangan pernah lupa akan kewajiban yang seharusnya disegerakan, didirikan. Sepakbola sejenak ditinggalkan untuk shalat, toh terkadang akan ada putaran ulang atau malah bagaimana endingnya bisa ditanyakan pada orang sekitar yang menyaksikan. Namun ketika seruan Allah Swt diabaikan, dilalaikan, hal ini bukan berbicara tentang apapun yang sederhana namun hal ini berbicara tentang “dosa”. Meninggalkannya pun menjadi bagian pembeda antara kaum muslimin dengan kekafiran. Bahkan melalaikannya dengan sengaja pun memiliki rules yang tak sederhana. Begitu diberitahu hanya anggukan yang diberi, namun tak memahami secara mendalam. Bahwa shalat adalah hal paling penting dalam agama. Hal pertama yang akan dihisab di yaumul qiyamah kelak.
            Allah Swt tak akan pernah bertanya “berapa gol yang diciptakan oleh ….” Namun yang Allah Swt tanyakan adalah “untuk apa usia mudamu, kamu pergunakan di bumi?” jika begini apakah lisan yang kelak tak dapat bersaksi akan berbicara dengan bahasa “ngeyel” ketika Allah Swt memanggil untuk shalat dahulu? TIDAK! Maka persaksian seluruh anggota badanlah yang akan bebicara. Kaki, tangan, mulut, kulit dan seterusnya akan berbicara kejujuran, bukan seperti lidah yang banyak cabangnya.
            Boleh menyaksikan sepakbola, sekali lagi tak ada yang melarang. Namun perhatikan waktu-waktu dimana Allah Swt memanggil. Agar kita tak termasuk dalam golongan orang-orang yang melalaikan shalat.
            Sepakbola dan azan. Kedua-duanya adalah panggilan. Satu bersifat dunia dan satunya untuk kepentingan akhirat. Dahulukan yang mampu memberikan keselamatan jiwa di saat tak ada yang mampu memberikan pembelaan kecuali kebaikan, shalat yang kita segerakan di yaumul akhir kelak. Wallahu a`lam bissawab.
Curhat perjalanan 13

Pentingnya pendidikan karakter


Belum bisa dikatakan sekolah yang baik jika karakter lingkup yang berada di dalamnya tak sebaik karakter yang dianjurkan. Jika dikatakan IQ seseorang besar pengaruhnya dimasa mendatang, maka lain cerita jika anggapan bahwa yang menetukan kesuksesan itu bukanlah IQ dan EQ saja melainkan SQpun mengambil peranan penting. akan berbeda jika orang yang tumbuh dengan IQ yang baik namun tak bisa menghargai sekitar apatah lagi mampu menampilkan karakter sebagai model yang terbaik. berbicara SQ maka kita berbicara nilai. Nilai bagaimana sebuah transfer yang akan berlaku jangka panjang. Untuk generasi juga untuk kita sendiri.
          Setiap sekolah akan mengusung nilai. Entah nilai akademik secara faktuil atau malah justru mencari nilai lebih yang mampu menunjukkan karakter terbaik. orang tua adalah peneliti yang bergerak bukan sekedar memberikan generasinya pendidikan yang layak melainkan juga dituntut jeli untuk memberikan nilai karakter sebagai dasar bagi generasinya. Maka wilayah ini bukan lagi berbicara antara guru-siswa-orang tua. Melainkan juga nilai output yang ada di sekolah tersebut. Tentang bagaimana pentingnya membangun pendidikan karakter bagi generasi. Alangkah bangganya jika karakter positif anak yang di bawa ke sekolah ditransformasikan ke rumah. Bagaimana anak mengajarkan ketika minum harus duduk, waktu shalat mengajak kita atau malah meminta kita untuk menjadi imam shalatnya. Sungguh inilah nilai karakter yang semua orang tua harapkan mampu dimiliki oleh generasinya.
Awal dari membangun karakter sebuah sekolah dimulai dari tim otoritas sekolah. Mulai dari satpam hingga pucuk pemimpin. Jika karakter ini mampu dipegang dan anak selalu menyaksikan ini setiap harinya alangkah bahagianya waktu dan kesempatan yang Allah beri. Menyaksikan anak-anak menyapa lantang dengan salam hingga mengecup punggung tangan ketika pulang. Nilai atau karakter itu diharapkan tak hanya berhenti di lingkup sekolah namun juga akan terus di bawa kemanapun anak itu pergi. Hingga jika dikatakan bahwa pendidikan karakter juga bagian dari bagaimana SQ menjadi tolak ukur kesuksesan dimasa mendatang.
          Pendidikan karakter adalah model yang berusaha dikembangkan sekolah ini, berharap dari sana lahir generasi yang bukan hanya cerdas IQ, EQ saja melainkan dilengkapi dengan nilai SQ yang baik. hm…indah bukan? Betapa pentingnya pendidikan karakter sebagai dasar perkembangan generasi.
At Night 20.00 p.m
My sweet room, the real of inspiration