Minggu, 27 September 2015

Apa kabar generasi?




Bukan pemandangan biasa kukira, saat aku menyaksikan wajah polos dengan seragam sekolah menghampiri setiap pejalan kaki, pengguna jalan kendaraan roda dua atau empat saat lampu merah dengan membawa botol minuman meminta uang/sumbangan, menjaja Koran, atau malah duduk di jembatan penyeberangan duduk memelas dengan tangan menengadah. Bukan hal biasa.
Sore ini aku menemukan generasi-generasi ini berkeliling meminta uang pada orang-orang yang terjebak lampu merah. Tiga anak kecil usia SD yang seharusnya tidak berfikir keras mencari biaya hidup, atau mereka bukan usia yang layak untuk dipekerjakan. Mereka seharusnya duduk belajar-membekali diri untuk masa depan. Tapi, bagaimana kalau hidup mengharuskan mereka ada disepanjang jalan?. Aku percaya segala sesuatu pasti ada solusinya, termasuk tentang generasi kita ini.
Olehnya aku sangat mengapresiasi usaha seorang teman dan mereka yang peduli akan nasib generasi dengan mempersiapkan rumah singgah, membekali mereka dengan nilai agama-akademik-bahkan berwirausaha. Salah satunya dengan berjualan Koran atau makanan ringan. Mereka diajarkan untuk berusaha bukan malah justru mengandalkan kemampuan-kesehatannya hanya untuk meminta belas kasih orang-orang yang lewat disana. Rumah singgah ini memberikan mereka banyak hal, termasuk bagaimana mengajarkan mereka untuk hidup sehat dan teratur dalam hidup. Dan ini adalah bagian solusi, diantara solusi-solusi lainnya yang harus dipersiapkan. Bukan hanya dari mereka yang terpanggil, tapi juga pemerintah kita, agar kelak angka pengangguran dapat diselesaikan dengan bijak.
Suatu ketika aku iseng bertanya pada dua saudara kecil di jembatan penyeberangan di dekat Mall, Bertanya saat sang adik kecil menyodorkan tangan meminta sesuatu dariku.
“Adiknya sekolah?”
“Iya…” Ia mengangguk malu, melirik abangnya di tangga sebelah. Aku mengikuti arah matanya.
“Jadi setelah sekolah, langsung kesini?”
“Iya….” Jawabnya lagi. Jujur!
“Disuruh?”
“Iya…” Mengangguk cepat
Awalnya aku tak ingin berprasangka dengan orangtuanya, tapi next dari obrolan itu berlanjut, yang membuatku mengurut dada. Dua bersaudara itu ternyata ada karena disuruh harus berada disana oleh orang tuanya.
Salahkah?
Salah…menurut saya, sebab tanggungjawab orang tua bukan untuk menjadikan anak/generasinya sebagai barang komoditinya dalam mencari nafkah. Emang rezeki setiap anak sudah digariskan, tapi bukan ini caranya dengan menanamkan belaskasih orang lain sejak dini. Salah!
Pernah dilain kesempatan, saat melewati jembatan penyebrangan kembali, aku menemukan anak usia tanggung dengan wajah cemong, kaki seperti (maaf) cacat duduk meminta uang. Satu persatu orang yang lewat memberikan dalam bentuk kertas atau koin. Aku ikut memberikan karena kondisi sang anak yang memang harus dibantu kukira(saat itu).
Ajaibnya sorenya saat aku berada diterminal, aku bertemu dengan wajahnya yang sumringah membawa kantung plastic hitam, lalu berlari lincah naik ke atas angkot yang kutumpangi. (saat itu aku belum memiliki kendaraan)
Otakku cepat mengingat.
“Anak ini? Oh ya! Jembatan!”
Angkot melaju meninggalkan terminal, lalu saat berhenti di penyebrangan jembatan penyebrangan ia melompat turun, siap beraksi!
Tinggallah aku yang menggeleng-gelengkan kepala.
Jika begini, bolehkah aku bertanya? Pertanyaan sederhana buat diriku “Apa kabar generasi?”
Kedepan,
bukan generasi ini yang kita harapkan tumbuh bukan? Yang kita harapkan adalah generasi yang mau berkerja keras, tanpa harus meminta belaskasih orang lain.
Bukan generasi yang hidup dari hasil meminta, tapi dari hasil kerjanya
Bukan generasi yang bisanya memberikan kesan negative, tapi positif
Bukan generasi yang kehadirannya menjadi sampah masyarakat tapi mereka yang berguna dimasyarakat.

Terlepas darimana latar belakangnya, bisa karena hiduplah yang mengharuskan mereka untuk bertahan dengan cara seperti itu, atau karena alasan lainnya. Terlepas dari semua alasan itu, aku hanya berharap next generasi yang tumbuh dinegeri ini adalah generasi emas yang mampu membawa Indonesia lebih berwibawa dimata dunia.

Kostbirulangit27sept2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar