Senin, 21 September 2015

(Novel) Gw Bilang Cinta - (8)



DELAPAN
              Ashila menarik tasnya, menyelempengkannya pada bahu kanannya, ketika Bunda mengejar langkahnya.
              “Shila bisa tolong Bunda?” Tanya Bunda menatap wajah Shila yang terlihat langsung mengangguk sigap, selalu antusias jika Bunda yang meminta, tak ada istilah menolak dalam kamus kehidupannya untuk Bunda. Menjaga agar hati lembut Bunda tak terluka adalah hal yang sangat dijaga Ashila. Bukannya do`a orang tua yang ridho pada anaknya akan terijabah?
              “Titip ini ya..” Pinta Bunda menyodorkan kertas mungil yang memuat daftar keinginannya yang Ashila tahu ada hubungannya dengan kelangsungan butik Ainnazwa.
              “Beres Bunda..” Balas AShila, mencium pipi kanan-kiri Bunda untuk kedua kalinya. Tepat saat langkahnya keluar dari pagar, mobil avanza Zora muncul, disertai sapaan khas khusus Bunda.
              “Ass Bunda cantik… pinjam Shila ya…” Ucapnya dengan istilahnya. “Emang Gue barang?” Protes Shila kala itu, yang hanya dibalas dengan cengiran Zora seperti biasa disertai alasannya “Ini ungkapan cinta juga sayang Gue ama Bunda juga Lo, gitu aja protes..” Ucapnya tetap terfokus pada jalan yang mulai padat karena sudah memasuki pukul 08:00, jam kerja untuk semua kantor di Indonesia. Jika pun ada kantor yang mempunyai jam diatas itu, itulah perbedaan yang harus dihargai tanpa ada unsur lain yang harus dipermasalahkan. Bukannya perbedaan itu indah? Selalu menghadirkan inovasi sebagai harga jual.
              “Bun, Shila jalan ya. Assalamu`alaikum..” Pamit Ashila, naik kedalam mobil. Zora dan Zihan melambaikan tangan tanpa lupa melongokkan kepala plus paket senyum untuk Bunda. Bunda tersenyum senang melihatnya.
              “Ra, Lo bisa anterin Gue singgah ke butik sweety-sla di deket mall blom M pulang skull ga?” Tanya Shila melirik Zora yang asik menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama music yang mengalir dari aliran headshet yang tersambung dengan ipad mungilnya.
              “Its oke baby, yang penting Lo happy..” Senyumnya. Zihan tersenyum kecil dibalik kamus sin cos nya, seperti biasa. Malas memberikan komentar apapun jika sudah memegang bacaan, jenis apapun itu.
(GBC)
              Butik swety-sla yang dimaksud Ashila adalah butik berkelas yang bukan saja memasarkan baju-baju berkualitas dunia, namun ia juga menyediakan aneka jenis kain impor luar, kebetulan bunda memintanya untuk mencarikan benang-benang emas untuk keperluan butik, sebab itulah Ashila kini ada disana tetap bersama kedua best frennya yang selalu ada untuknya.
              “Muter boleh khan Shil?” Tanya Zora yang jiwa fasionnya seketika muncul. Shila mengangguk dan dengan gaya anggun yang lebay kata Zihan, ia pun melangkah menuju deretan baju khan muda mudi dengan warna mencoloknya. Ashila memilih kearah barat dimana barang yang ia cari berada disana. Adapun Zihan ia memilih duduk dibangku yang disediakan, setia dengan TTSnya. “Afwan ya, Ane tunggu disini, otak Ane butuh tantangan neh, mangnya orang-orang yahudi aja yang bisa memberikan stimulus pada otaknya? Ane juga bisa…” Bisiknya pada Ashila. Ashila hanya menggidikkan bahu, meninggalkan keduanya dengan kegiatan masing-masing. Mencari kebutuhan bunda dengan segera, setelah itu mempersiapkan agenda weekend bareng.
              “Dah Shila?”
              “Sip!” Angguk Shila melangkah menuju kasir yang dijaga seorang akhwat berjilbab pinky, disusul Zora dengan dua baju kaos berlengan panjang gradasi. Khas Zora yang suka dengan penampilan nggak biasa menurutnya.
              “Ane ke mobil ya..” Zihan menepuk bahu Shila juga Zora yang hanya membalas dengan anggukan kecil.
              “Koleksi Lo dah berapa lemari Ra?” Lirik Shila pada kresek biru Zora tatkala langkah keduanya menuruni tangga butik sweety-slla.
              “Hm..berapa ya?” Fikirnya mengingat koleksi baju-bajunya yang lumayan banyak.
              “Boleh sih ngoleksi sebanyak itu, tapi siap-siap pertanggung jawaban juga tuh, ntar Lo dah punya jawaban blom klo ditanyain untuk apa semua baju itu?” ucap Shila menarik senyum manis, terus melangkah. Zora mengernyitkan dahinya, berfikir, mencerna maksud kata-kata Shila.
              “Shila, maksud Lo itu ten…”
              “Serius bu, nggak papa nih?” Zora yang baru saja ingin menyampaikan perihal koleksinya mengernyitkan dahi menatap Zihan yang tengah berbicara dengan seorang ibu muda, persisnya lagi seorang tante dengan penampilan borjuis.
              “Saya nggak apa dik, Cuma….”
              “Hana, kamu kenapa?” Seperti sinetron dilayar kaca muncul lelaki paruh baya, yang bisa ditaksir seusia dengan papa Zora. Kini tatapannya mengarah pada wajah Shila dkk dengan tatapan anehnya.
              “Kalian, “
              “Om jangan berfikir yang aneh-aneh ya, jangan suudzon mulu dunk, ntar ada yang tepuk tangan tuh..” sindir Zora tersenyum.
              Aukkh! Lengkingan kecil itu terdengar dari Zora begitu pinggangnya disikut Shila.
              “Zora…” Bisik Shila kemudian.
              “Maksud Lo apa?”
              “Maksud Gue sekarang khan Ummat Islam lagi diobok-obok, diadu domba, dan ininih contohnya, asal nuduh tanpa tabayyun, mencari kebenarannya.”
              “Ini beda…”
              “Ane setuju ama pendapat Shila..Oh ya om, tadi tante ini tabrakan ama Zihan aja kok, maaf ya…” Senyum Zihan.
              “Tante minta maaf ya atas nama kakak tante ini…”
              “Nyantai aja Tan…” Kedip mata Shila, mengucapkan salam, masuk kedalam mobil lebih dulu disusul Zora dan Zihan.
              “Tante, tante suka menulis ya?” Putar kepala Ashila kembali melempar pertanyaan pada sang tante Ashila menebak ini bukan asal tebak layaknya para illusionis bekerja, Shila melemparkan Tanya karena Tante Hana menjatuhkan catatan-catatannya. Tante Hana mengangguk sembari memperbaiki letak buku-bukunya yang sudah ia pungut kembali.
              “Besok datang keacara sekolah kami ya, ada worshop jurnalistik, om juga ya..” Undang Shila menebar senyum kesturinya yang manis. Tak lama kemudian, hanya deru mobil disertai asap putih yang tertinggal diareal parker butik sweety-slla itu, menandakan ketiganya telah pergi dan akan kembali kelak, jika Allah kembali mengirimnya dalam rangka membantu bunda.
              “Lo tuh ya, so` akrab buanget sih, baru aja kenal…”
              “Yee lo lupa ya strategi dalam bisnis? Yang pertama adalah kesan, so nggak salahkan ane beri kesan yang manis, sapa tau aja beliau datang dan memberikan kebaikan…” Husnuzzon Shila ketika Zora menanyakan itu. Shila menjawab tanpa melepaskan pandangannya pada dua baju bermerk milik Zora, yang ia biarkan terongok disampingnya.
              “Anti tuh ngapaian pake koleksi baju seabrek gitu, trus jarang kepake honey?” Singgung Shila kembali.
              “Just like it!”
              “No! berarti Anti laper mata tuh…”
              “Trus solusianya gimana?”
              “Mau?” Lirik Shila mencibirkan bibirnya. Zora menarik pipi Shila dengan tangan kirinya, hingga lengkingan khas Shila terdengar.
              “Klo anti beli satu yang baru, keluarkan yang lama, begitu seterusnya…”
              “Maksudnya, Gue harus memberikan keorang lain?”
              “Yap, itung-itung menambah saldo kebaikan gitu, jangan pelit dunk, jadi ntar klo Lo dimintai pertanggung jawaban Lo nggak akan bingung Tuh, bukannya Lo udah sedekah keorang?!”
              ZDUK!
              Rem diinjak tiba-tiba sehingga kepala Zihan juga Shila kejeduk. Zora menarik senyum menang, dan tanpa meminta maaf karena kesengajaannya, Ia kembali menjalankan kendaraannya. Nyantai! Zihan juga Shila ngedumel dengan lirikan kecil.
              “Sorry ya tadi, hanya iseng doang kok…” SMS ini sampai ke handphone Shila ketika ia keluar kamar mandi dengan handuk bertenger diatas kepalanya. SMS yang juga sampai ke nomor Zihan, ia tengah tadarus selepas membantu Umminya. Ada tawa juga senyum pada wajah keduanya. “Ternyata ukhuwah itu indah, dan yang terlebih indah adalah kesyukuran keduanya, karena Islam membuat mereka mampu berpijak pada alur hidup yang lebih baik dengan pedoman-pedomannya, Hanif, itu istilahnya. (Kalau kamu gimana?)
(GBC)
              Pagi, tatkala shubuh menjelang, menebar aura dingin yang menyejukkan, Shila telah bangun, ia telah melewatkan tahajjudnya dengan baik, ditutup dengan tadarus 2 lembar sebagai bentuk komitmennya akan kitab suci yang mulia, yang kemuliaannya akan terus terjaga hingga kelak nanti.
              “Ass cin, bangun dunk, Allah mengundang tuh dengan jamuan terbaik, yo` filter hati dengan tahajjud dan tilawah..^_*
              Tangannnya cepat mengetik huruf demi huruf, dan dikirimkan pada dua nomor yang menempati posisi teratas di memori handphonenya.
              “Allah, terimakasih Kau telah memberikan mereka kepadaku.. Bisik Shila, meletkkan handphonena kembali kebufet, melangkah menuju meja belajar, membuka computer dan mulai merangkai kata demi kata hingga tersusun menjadi untai kalimat yang bermakna.
              “Syukron Ukhtyku yang manis…Alhamdulillah daku dah bangun dari tadi. BTW, jangan lupa dengan acara besok ya…miz u..”
              “Thanks honey…Gue dah bangun dengan usaha yang bener-bener, kebayang kata-kata Lo, jangan kalah ama syaithan dengan belenggu ikatannya, Neh, Gue berhasil melepaskan belenggunya. Satu dengan meleknya mata gue, dua dengan bacaan basamalah dan ketiga wudhu. Seggggggger..(BTW Gue nggak lupa kan dengan tausiah Ente berdua. Hahah..)
              Shila tersenyum kecil dibalik balut mukenannya, membaca setiap kata yang ditulis kedua sahabatnya yang ternyata telah siap untuk menunaikan shalat tahajjud, mengawali semua dari sana, berharap kekuatan dari-Nya, berharap Ukhuwah mereka kekal hingga nanti.
              “Tutup malam dengan tiga witir dan buka hari dengan dhuha, don’t forget ya!!!”
              Tit…Tit….
              Ditempat berbeda, Zora juga Zihan mengambil handphone masing-masing, membuka SMS Zihan yang baru masuk. Keduanya tersenyum membaca isi SMS itu.
              Semangat!!
              Kepal tangan keduanya, berucap syukur pada hati atas apa yang telah Allah beri, memang menurut keduanya apapun itu tak ada kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan persahabatan mereka yang selalu memberikan warna-warni cerah, bersamanya mengingat Allah, itulah yang terbaik, so…adakah kebahagian yang bisa menggantikan ini?






Tidak ada komentar:

Posting Komentar