Jumat, 21 Agustus 2015

Tak mudah ternyata...

Menyampaikan ternyata lebih mudah, daripada mengalami. Pada Akhirnya hal ini benar-benar aku rasakan, saat apa yang aku sampaikan di depan kelas mengarah balik kepadaku dengan kecepatan tinggi tanpa jeda buatku untuk menghindar atau berkelit sedikit saja.

impian...kata berharga yang kugaungkan kencang di ruang kelas, dindingpun menjadi saksi atas penyampaianku ini. menyampaikan pada generasi bahwa apapun resiko, kendala, yang menjadi rintangan menuju impian haruslah tetap dipegang. Saat seluruh dunia menyatakan bahwa kamu tak layak untuk sampai pada impianmu, maka orang pertama yang harus menyakinkan, menggaungkan optimis padamu bahwa kamu mampu adalah DIRIMU SENDIRI. Tak perlu mereka untuk semuanya. tugas kita hanyalah membuktikan bahwa kita mampu atasnya.

puncak dari gema penyampaian ini, ada malam ini.
saat seseorang menganggap fiksi adalah sesuatu yang kurang baik. Seolah-olah menyampaikan padaku bahwa aku mengerjakan kesia-sia-an. TIDAK! fiksi ataupun nonfiksi adalah media untuk menyampaikan bentuk pesan. saat Nonfiksi bicara bahasa baku dengan kontent yang berat, butuh tautan garis pada jidat, maka Fiksi berbicara santai, senyum...namun sama-sama menyampaikan pesan.

menurutku...
fiksi tak salah selama ia ditempatkan pada jalurnya yang tepat.sesuai dengan visi-misi, menyampaikan seruan kebaikan meski sesederhana kesetian dan cinta pada pasangan, prinsip khalwat, menjaga pandangan dst...semua nilai-semua ada pesannya.

sakitkah aku saat mendengar lontaran itu? yah!
maka aku ingin membuktikan bahwa dakwah melalui media fiksi tak salah selama memiliki nilai, bukan tulisan yang hanya mengantarkan pada cinta semu apalagi cinta monyet khas abege zaman sekarang... duh! nggak banget!

tak mudah ternyata...

namun...seperti apa yang aku sampaikan ke siswaku yang manis nan sholihah...aku adalah orang pertama yang harus membanggakan impianku, mewujudkannya hingga nyata dan berbuah produktif. semua untuk pesan kebaikan, meski satu pesan saja...

bukankah Allah swt berharap bahkan meminta pada kita untuk menyampaikan kebaikan itu meski satu ayat saja?

lalu salahkah jika aku hanya mampu menyampaikan pesan Al-Qur`an dan Sunnah lewat bahasa fiksi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar