Tak harus keluarga berstatus “borju”
Sederhana.
adalah jawaban yang terkadang sangat mudah untuk dieja saat seseorang bertanya.
Pertanyaan ini dulunya pernah menjadi jawaban saya saat sebagian orang bertanya
latar belakang keluarga saya. Jujur sampai hari ini saya masih heran jika ada
yang mau memulai pergaulan setelah mengetahui kita berasal dari status apa.
bukan dilihat berdasarkan sisi kebaikan yang nampak dari kita. Bukan
kesederhanaan sebagai patokannya. Kenapa?
Keluarga
adalah pondasi yang sangat kuat buat saya. Saya belajar banyak hal dari mereka.
Tentang makna memahami, mengasihi, menghargai yang mungkin tak akan saya temui
saat saya bergaul dengan mereka yang suka “memilih-milih” pada siapa dirinya
layak untuk bergaul. Keluarga tak harus kaya raya, memiliki rumah gedongan,
mobil canggih, warisan melimpah baru bahagia bukan? Ada tuh yang semua serba
tervasilitasi tapi (maaf) tak sama sekali merasakan kehangatan keluarga. Tak
harus dengan gelar keluarga BORJU atau istilah sahabat-sahabat saya dulu
kelurga CENDANA baru bisa mendapatkan yang namanya bahagia. Keluarga sederhana
pun bisa memulainya. Meninggalkan jejak-jejak bahagia pada anggota keluarga
hingga terpatri sebuah kenangan hingga nanti.
Keluarga
saya sederhana. sangat SEDERHANA. saudara saya banyak yang menunjukkan bahwa
kami lebih dari sekedar “BORJU”. Ayah saya memiliki tanggung jawab, kesetiaan,
dan cinta yang luar biasa bagi kami, bahkan untuk bunda. Ayah pria sederhana
yang juga lahir dari keluarga sederhana. kesederhanaan beliaulah yang
menunjukkan kesehajaan seorang ksatria.
Tak
harus BORJU baru bahagia, bukan?
Yang
paling penting sejauh ini, yang lebih penting dari staus BORJU adalah
PENDIDIKAN AGAMA SEDINI MUNGKIN. Mengapa?
Saya
merupan produk dari keluarga yang lebih menomorsatukan pendidikan agama. Tentang
bagaimana mengenal satu persatu ejaan alif hingga jim. Tentang pengetahuan
dasar agama dst. Hingga hari ini saya merasakan manisnya hidup dengan memegang
penuh keyakinan diri. Terkadang saya bertanya pada diri saya. Butuh dan
berharap memiliki orang tua luar biasa. Tapi jarang bertemu bahkan kasar atau
sederhana namun memiliki kasih dan sayang yang selalu hadir menjadi jubah
kebesaran. Maka saya dengan bangga memilih sederhana tanpa STATUS BORJU dan
MENGENAL AGAMA-MENGENAL TUHAN.
So, apa masih perlu dengan keluarga kaya?
Terpandang? Tapi minus di beberapa tempat
Komentar
Posting Komentar