Sabtu, 22 Agustus 2015

Lelaki sederhana pengantar mimpi




Saat lisan kami baru mengenal “sesuatu” karena mendengar sekitar, ia tetap kami panggil bapak hingga hari ini. masa kecil yang diwarnai banyak hal disebuh kota pinggiran Kalimantan ternyata berperan begitu nyata hingga usiaku memasuki mumayyiz. Jangan pernah menyelepekan masa-masa itu, sebab itulah masa dimana awal mula pengenalan akan hidup dimulai. Dia ayahku! Lelaki sederhana yang pertama kali menjadi pengantar mimpiku lewat buku yang ia bawa untukku saat akhir pekan. Ayahku lelaki sederhana yang pertama kali memperkenalkan padaku arti dan makna sebuah untaian kalimat. Mimpiku ada, hingga hari ini semua berawal darinya. Jangan tanpa mengapa. Sebab beliaulah orang pertama yang mengenalkanku bacaan bahkan ejaan iqra`
Dulu aku bahkan tak tahu jika ayahku ternyata memiliki peran penting dalam proses kesukaanku akan membaca dan menulis, meski belum masuk kategori pembaca dan penulis hebat. But….beliaulah lelaki sederhana pengantar mimpi. Lelaki yang tak harus menyampaikan sabda cintanya dengan bahasa pelukan, kecupan. Cukup dengan sikapnya itu sudah lebih daripada apapun. Ayahku meski keras, tetaplah sosok ayah yang dibanggakan oleh kami generasinya.
Tak banyak lelaki yang mampu mengambil perannya secara lengkap, seperti ayahku. Sebab yang kuketahui ayah-ayah zaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya diluar sana, bekerja lalu bekerja. Pulang malam, berangkat pagi.
Setiap anak, siapapun dia, butuh dekapan seorang ayah. Butuh pertanyaan sederhana “sudah belajar?; “sudah makan?; “makan apa?; “Bagaimana harimu di sekolah?: atau hanya cukup sesekali mengantarnya hingga gerbang sekolah atau luangkan waktu berakhir pecan ke luar kota, pusat perbelanjaan, kebun binatang, arena bermain atau hanya makan bareng diluar. That`s simple! Tapi tak semua ayah memiliki masa-masa seperti ini. Masa yang kelak menjadi kenangan, memenuhi tempat pada hati dan pikiran sang buah hati.
Dan ayahku memiliki ini meski tak seromantis sebagian ayah dalam memperlakukan generasinya. Beliau tetaplah lelaki sederhana pengantar mimpi yang mengajarkan ilmu tak berperi padaku.
Lelaki yang menjadi figure seorang ayah utuh bukan hanya padaku, pada saudaraku, tapi juga bundaku..

Wahai pera ayah, sudahkah kau jalankan peranmu secara sempurna?

balikpapan, agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar