Selasa, 25 Agustus 2015

Impossible = I`m possible "“Fly with expectations”




Saat tulisan ini kutorehkan di papan tulis putih di ruang kelas sederhana minim aksesoris itu, delapan mata terpaku. “Apa tuh?”
“Kalian punya harapan?”
Kepala mengangguk. Saya menarik senyum lebar.
“Tetap hidup dengan harapan itu, agar jantung kalian tetap berdetak, semangat kalian berpacu..”
Harapan…
Saya percaya setiap diri kita pernah nyaris kehilangan harapan, putus asa. Pesimis, bahkan nyaris memutuskan untuk “berhenti”. Tak usahlah berbicara tentang kehilangan harapan yang menyakitkan atau sejenisnya. Kita adalah pelaku-pelaku yang suka sekali menyampaikan keluhan. Bagi saya (mengeluh) adalah putus asa skala ringan. Masalahnya kitanya putus asa, kehilangan harapan hanya karena sebab dari manusia lainnya. Sering merasa kesal karena orang lain. Pendeknya karena harapan kita pada orang lain tak sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Huf…
Memang susah jika berharap pada mereka, manusia-teman kita-rekan kerja kita-pemimpin kita. Kenapa? Sebab mereka juga sama seperti kita, adakalanya bersitan putus asa itu muncul, menggelayut di benak…jadi, kita salah (banget) saat menitipkan harapan pada manusia seperti kita juga yang kadang tak memiliki solusi atas apapun itu.
Padahal, Dalam Al Qur’an Surat Al Insyirah ayat 8 Allah berfirman yang artinya:
…dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap…
Solusi…
Selama kita menitipkan harapan pada Allah swt ternyata semua terjawab dengan sendirinya. Tak ada keluhan, malah justru ucapan kesyukuran.
Setiap pagi akhir-akhir ini saya selalu berdo`a “Yaa Allah, kuatkan pundakku, untuk tetap menjaga amanahMu, menjalankan amanahMu..” pada akhirnya gelombang keyakinan itu lahir, membantu azzam saya yang layu kembali bersyukur. Saya bersyukur sebab saya masih punya harapan. Harapan yang tadinya saya titipkan pada manusia tak punya solusi (jikapun ada datangnya akhiran) ternyata dijawab Allah swt cepat. Cash tanpa perantara.
Dalam sebuah tulisan yang di resume oleh tetangga blog, beliau menuliskan 3 akibat berharap pada Allah, diantaranya;
  1. Tidak pernah merasa kehilangan solusi, kehilangan akal, kehilangan jalan sehingga menumbuhkan optimisme.
  2. Merasa nyaman dan bahagia karena kita merasa mendapat dukungan dari Allah. Esensi hidup itu sudah kita raih dari awal sehingga kita jarang kecewa.
  3. Merasakan kemudahan dan kemudahan.
Maka melihat tatapan generasi di ruang kelas membuat saya berfikir….ternyata hidup dengan harapan itu seperti mengajak saya berkelana, fly…ada nafas lega saat benar-benar menyerahkan semua padaNya.
“Bu, maksudnya impossible = I`m possible itu apa?”
“Oh…” (Tersentak..cukup lama..)
“Jadi, kesimpulannya…apapun kesulitan kalian, selagi punya harapan semua akan baik-baik saja. Yang tadinya tidak mungkin menurut kalian, semua pada akhirnya bias menjadi mungkin atau “Aku bisa!”. Kita ubah kata impossible menjadi I`m possible!. Bisa?”
“Bisaaa….”
Finally…
Kutemukan gemintang pada tatap mereka, yang saat bersamaan kutemukan tetesan bening air dingin pada telaga hatiku…
Balikpapan, 25 Agustus 2015
“Fly with expectations”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar