Yakin, syurga memilih kita?
Terkadang sengaja atau
tidak kita menjadi manusia yang terlalu pede dengan syurga, hanya karena sudah
merasa (benar) melakukan kebaikan. Shalatlah, puasa, sedekah, dan seterusnya. Bahkan
dengan pedenya kita memandang sebelah mata pada saudara kita yang lainnya, yang
belum seperti kita cara berhijabnya, baca qur`annya, shalat tepat waktunya,
atau banyaknya sedekah kita. Hanya karena sebab itu kita terkadang (memang)
tanpa sadar bangga dengan diri yang sudah melakukan ini-itu hingga merasa
puas.membahas ini saya jadi ingat bagaimana sebuah kisah/dongeng pengantar
tidur saya tentang kisah zaman dahulu. Tentang pelacur yang memberikan air
minum pada seekor binatang. Sejenak memberikan keleluasaan agar air yang
berusaha ia ambil susah payah ltu membasahi dahaga sang binatang, justru saat
ia pun didera rasa haus hingga ajal menjemputnya. Maka syurga menjadi
tempatnya.
Syurga itu (benar)
diberikan pada mereka yang melakukan kebaikan-kebaikan sebagai rewardnya. Jangan
dikira masuk syurga itu mudah semudah pikiran kita yang “wes, aku sudah shalat
jama`ah, aku sudah ngaji satu juz setiap hari, dan seterusnya” tapi malah
justru kata-kata ini membawa kita semakin terjerumus semakin dalam, lupa kalau
setelah shalat kadang duduk ghibahin orang, nyebar fitnah, dll. Lupa selesai
ngaji maki-maki orang, lupa kalau beberapa detik setelah sedekah menyampaikan
sama orang…maka yang kecil-kecil inipun menghapus semua kebaikan itu, sadar
atau tidaknya diri kita.
Syurga itu mahal kata
saya pada segerombolan generasi kala itu.
“Kenapa?” (Mata bulat
itu menatap penasaran)
“Coba…waktu shalat
yang susah itu kapan?”
“Shubuh…”
“Denger azan langsung
wudhu, kagak?”
(Sesi menggeleng)
“Berat?”
(sesi mengangguk)
“Itulah mengapa untuk
mendapatkan syurga itu mahal. Banguan shubuh aja kadang molornya minta ampun. Dan
kadang (maaf) tidak shalat. Entar dijamak ama dhuha (Tertawa+tersenyum)
(sang generasi
cengegesan)
“Itu baru shubuh. Bagaimana
dengan yang lainnya?”
(Nyengir)
“Nemu sampah di jalan,
pungut tidak?”
(Mikir) jawab “Malu+gengsi”
“Kebaikan bukan?”
(Mengangguk)
“Rasulullah Saw pernah
bersabda sedekah paling ringan adalah menyingkirkan duri dari jalan. Duri disini
bisa bermakna sampah atau sejenisnya yang membahayakan orang lain, yang tak
enak untuk dipandang. Bersih juga sebagian dari iman bukan?”
“Ya…”
“Pahala nggak?” “Pahala
dong…” “kalau sudah berpahala-insyaallah peluang “koin”kebaikan menuju syurga
bertambah, insyaallah..”
“Kalau neraka, kenapa
murah?”
(Giliran saya yang
tersenyum super lebar)
“Enak tidur atau
shalat shubuh?”
“Tidur…”
“Enakan main game atau
tadarrus?
“Main game”
“Tuh…! Mudahkan jalan
menuju neraka?’ Jawab saya kemudian.
(Kepala mengangguk)
“Yakin syurga memilih
kita?”
Bunyi bel terdengar.
Saya pamit dulu…ya…
#sesi ngobrol Nge-BT 1
(Ngobrol berbasis tauhid) selesai.
Komentar
Posting Komentar