(Novel) Gw Bilang Cinta - (8)
DELAPAN
Ashila
menarik tasnya, menyelempengkannya pada bahu kanannya, ketika Bunda mengejar
langkahnya.
“Shila
bisa tolong Bunda?” Tanya Bunda menatap wajah Shila yang terlihat langsung
mengangguk sigap, selalu antusias jika Bunda yang meminta, tak ada istilah
menolak dalam kamus kehidupannya untuk Bunda. Menjaga agar hati lembut Bunda
tak terluka adalah hal yang sangat dijaga Ashila. Bukannya do`a orang tua yang
ridho pada anaknya akan terijabah?
“Titip
ini ya..” Pinta Bunda menyodorkan kertas mungil yang memuat daftar keinginannya
yang Ashila tahu ada hubungannya dengan kelangsungan butik Ainnazwa.
“Beres
Bunda..” Balas AShila, mencium pipi kanan-kiri Bunda untuk kedua kalinya. Tepat
saat langkahnya keluar dari pagar, mobil avanza Zora muncul, disertai sapaan
khas khusus Bunda.
“Ass
Bunda cantik… pinjam Shila ya…” Ucapnya dengan istilahnya. “Emang Gue barang?” Protes Shila kala itu, yang hanya dibalas
dengan cengiran Zora seperti biasa disertai alasannya “Ini ungkapan cinta juga sayang Gue ama Bunda juga Lo, gitu aja
protes..” Ucapnya tetap terfokus pada jalan yang mulai padat karena sudah
memasuki pukul 08:00, jam kerja untuk semua kantor di Indonesia. Jika pun ada
kantor yang mempunyai jam diatas itu, itulah perbedaan yang harus dihargai
tanpa ada unsur lain yang harus dipermasalahkan. Bukannya perbedaan itu indah?
Selalu menghadirkan inovasi sebagai harga jual.
“Bun,
Shila jalan ya. Assalamu`alaikum..” Pamit Ashila, naik kedalam mobil. Zora dan
Zihan melambaikan tangan tanpa lupa melongokkan kepala plus paket senyum untuk
Bunda. Bunda tersenyum senang melihatnya.
“Ra,
Lo bisa anterin Gue singgah ke butik sweety-sla di deket mall blom M pulang
skull ga?” Tanya Shila melirik Zora yang asik menggoyang-goyangkan kepalanya
mengikuti irama music yang mengalir dari aliran headshet yang tersambung dengan
ipad mungilnya.
“Its
oke baby, yang penting Lo happy..” Senyumnya. Zihan tersenyum kecil dibalik
kamus sin cos nya, seperti biasa. Malas memberikan komentar apapun jika sudah
memegang bacaan, jenis apapun itu.
(GBC)
Butik
swety-sla yang dimaksud Ashila adalah butik berkelas yang bukan saja memasarkan
baju-baju berkualitas dunia, namun ia juga menyediakan aneka jenis kain impor
luar, kebetulan bunda memintanya untuk mencarikan benang-benang emas untuk
keperluan butik, sebab itulah Ashila kini ada disana tetap bersama kedua best
frennya yang selalu ada untuknya.
“Muter
boleh khan Shil?” Tanya Zora yang jiwa fasionnya seketika muncul. Shila
mengangguk dan dengan gaya anggun yang lebay kata Zihan, ia pun melangkah
menuju deretan baju khan muda mudi dengan warna mencoloknya. Ashila memilih
kearah barat dimana barang yang ia cari berada disana. Adapun Zihan ia memilih
duduk dibangku yang disediakan, setia dengan TTSnya. “Afwan ya, Ane tunggu
disini, otak Ane butuh tantangan neh, mangnya orang-orang yahudi aja yang bisa
memberikan stimulus pada otaknya? Ane juga bisa…” Bisiknya pada Ashila. Ashila
hanya menggidikkan bahu, meninggalkan keduanya dengan kegiatan masing-masing.
Mencari kebutuhan bunda dengan segera, setelah itu mempersiapkan agenda weekend
bareng.
“Dah
Shila?”
“Sip!”
Angguk Shila melangkah menuju kasir yang dijaga seorang akhwat berjilbab pinky,
disusul Zora dengan dua baju kaos berlengan panjang gradasi. Khas Zora yang
suka dengan penampilan nggak biasa menurutnya.
“Ane
ke mobil ya..” Zihan menepuk bahu Shila juga Zora yang hanya membalas dengan
anggukan kecil.
“Koleksi
Lo dah berapa lemari Ra?” Lirik Shila pada kresek biru Zora tatkala langkah
keduanya menuruni tangga butik sweety-slla.
“Hm..berapa
ya?” Fikirnya mengingat koleksi baju-bajunya yang lumayan banyak.
“Boleh
sih ngoleksi sebanyak itu, tapi siap-siap pertanggung jawaban juga tuh, ntar Lo
dah punya jawaban blom klo ditanyain untuk apa semua baju itu?” ucap Shila
menarik senyum manis, terus melangkah. Zora mengernyitkan dahinya, berfikir,
mencerna maksud kata-kata Shila.
“Shila,
maksud Lo itu ten…”
“Serius
bu, nggak papa nih?” Zora yang baru saja ingin menyampaikan perihal koleksinya
mengernyitkan dahi menatap Zihan yang tengah berbicara dengan seorang ibu muda,
persisnya lagi seorang tante dengan penampilan borjuis.
“Saya
nggak apa dik, Cuma….”
“Hana,
kamu kenapa?” Seperti sinetron dilayar kaca muncul lelaki paruh baya, yang bisa
ditaksir seusia dengan papa Zora. Kini tatapannya mengarah pada wajah Shila dkk
dengan tatapan anehnya.
“Kalian,
“
“Om
jangan berfikir yang aneh-aneh ya, jangan suudzon mulu dunk, ntar ada yang
tepuk tangan tuh..” sindir Zora tersenyum.
Aukkh!
Lengkingan kecil itu terdengar dari Zora begitu pinggangnya disikut Shila.
“Zora…”
Bisik Shila kemudian.
“Maksud
Lo apa?”
“Maksud
Gue sekarang khan Ummat Islam lagi diobok-obok, diadu domba, dan ininih
contohnya, asal nuduh tanpa tabayyun, mencari kebenarannya.”
“Ini
beda…”
“Ane
setuju ama pendapat Shila..Oh ya om, tadi tante ini tabrakan ama Zihan aja kok,
maaf ya…” Senyum Zihan.
“Tante
minta maaf ya atas nama kakak tante ini…”
“Nyantai
aja Tan…” Kedip mata Shila, mengucapkan salam, masuk kedalam mobil lebih dulu
disusul Zora dan Zihan.
“Tante,
tante suka menulis ya?” Putar kepala Ashila kembali melempar pertanyaan pada sang
tante Ashila menebak ini bukan asal tebak layaknya para illusionis bekerja,
Shila melemparkan Tanya karena Tante Hana menjatuhkan catatan-catatannya. Tante
Hana mengangguk sembari memperbaiki letak buku-bukunya yang sudah ia pungut
kembali.
“Besok
datang keacara sekolah kami ya, ada worshop jurnalistik, om juga ya..” Undang
Shila menebar senyum kesturinya yang manis. Tak lama kemudian, hanya deru mobil
disertai asap putih yang tertinggal diareal parker butik sweety-slla itu,
menandakan ketiganya telah pergi dan akan kembali kelak, jika Allah kembali
mengirimnya dalam rangka membantu bunda.
“Lo
tuh ya, so` akrab buanget sih, baru aja kenal…”
“Yee
lo lupa ya strategi dalam bisnis? Yang pertama adalah kesan, so nggak salahkan
ane beri kesan yang manis, sapa tau aja beliau datang dan memberikan kebaikan…”
Husnuzzon Shila ketika Zora menanyakan itu. Shila menjawab tanpa melepaskan
pandangannya pada dua baju bermerk milik Zora, yang ia biarkan terongok
disampingnya.
“Anti
tuh ngapaian pake koleksi baju seabrek gitu, trus jarang kepake honey?”
Singgung Shila kembali.
“Just
like it!”
“No!
berarti Anti laper mata tuh…”
“Trus
solusianya gimana?”
“Mau?”
Lirik Shila mencibirkan bibirnya. Zora menarik pipi Shila dengan tangan
kirinya, hingga lengkingan khas Shila terdengar.
“Klo
anti beli satu yang baru, keluarkan yang lama, begitu seterusnya…”
“Maksudnya,
Gue harus memberikan keorang lain?”
“Yap,
itung-itung menambah saldo kebaikan gitu, jangan pelit dunk, jadi ntar klo Lo
dimintai pertanggung jawaban Lo nggak akan bingung Tuh, bukannya Lo udah
sedekah keorang?!”
ZDUK!
Rem
diinjak tiba-tiba sehingga kepala Zihan juga Shila kejeduk. Zora menarik senyum
menang, dan tanpa meminta maaf karena kesengajaannya, Ia kembali menjalankan
kendaraannya. Nyantai! Zihan juga Shila ngedumel dengan lirikan kecil.
“Sorry ya tadi, hanya iseng doang kok…”
SMS ini sampai ke handphone Shila ketika ia keluar kamar mandi dengan handuk
bertenger diatas kepalanya. SMS yang juga sampai ke nomor Zihan, ia tengah
tadarus selepas membantu Umminya. Ada tawa juga senyum pada wajah keduanya.
“Ternyata ukhuwah itu indah, dan yang terlebih indah adalah kesyukuran
keduanya, karena Islam membuat mereka mampu berpijak pada alur hidup yang lebih
baik dengan pedoman-pedomannya, Hanif, itu istilahnya. (Kalau kamu gimana?)
(GBC)
Pagi,
tatkala shubuh menjelang, menebar aura dingin yang menyejukkan, Shila telah
bangun, ia telah melewatkan tahajjudnya dengan baik, ditutup dengan tadarus 2
lembar sebagai bentuk komitmennya akan kitab suci yang mulia, yang kemuliaannya
akan terus terjaga hingga kelak nanti.
“Ass cin, bangun dunk, Allah mengundang tuh
dengan jamuan terbaik, yo` filter hati dengan tahajjud dan tilawah..^_*
Tangannnya
cepat mengetik huruf demi huruf, dan dikirimkan pada dua nomor yang menempati
posisi teratas di memori handphonenya.
“Allah, terimakasih Kau telah memberikan
mereka kepadaku.. Bisik Shila, meletkkan handphonena kembali kebufet,
melangkah menuju meja belajar, membuka computer dan mulai merangkai kata demi
kata hingga tersusun menjadi untai kalimat yang bermakna.
“Syukron Ukhtyku yang manis…Alhamdulillah
daku dah bangun dari tadi. BTW, jangan lupa dengan acara besok ya…miz u..”
“Thanks honey…Gue dah bangun dengan usaha
yang bener-bener, kebayang kata-kata Lo, jangan kalah ama syaithan dengan
belenggu ikatannya, Neh, Gue berhasil melepaskan belenggunya. Satu dengan
meleknya mata gue, dua dengan bacaan basamalah dan ketiga wudhu.
Seggggggger..(BTW Gue nggak lupa kan dengan tausiah Ente berdua. Hahah..)
Shila
tersenyum kecil dibalik balut mukenannya, membaca setiap kata yang ditulis
kedua sahabatnya yang ternyata telah siap untuk menunaikan shalat tahajjud,
mengawali semua dari sana, berharap kekuatan dari-Nya, berharap Ukhuwah mereka
kekal hingga nanti.
“Tutup
malam dengan tiga witir dan buka hari dengan dhuha, don’t forget ya!!!”
Tit…Tit….
Ditempat
berbeda, Zora juga Zihan mengambil handphone masing-masing, membuka SMS Zihan
yang baru masuk. Keduanya tersenyum membaca isi SMS itu.
Semangat!!
Kepal
tangan keduanya, berucap syukur pada hati atas apa yang telah Allah beri,
memang menurut keduanya apapun itu tak ada kebahagiaan yang melebihi
kebahagiaan persahabatan mereka yang selalu memberikan warna-warni cerah,
bersamanya mengingat Allah, itulah yang terbaik, so…adakah kebahagian yang bisa
menggantikan ini?
Komentar
Posting Komentar