Refleksi IdulAdha
Jika
sampai pada idul adha, maka pikiran kita sudah pasti selalu mengenang masa
awal-mula lahirnya sejarah idul adha. Adalah dia tentang seorang Rasul pilihan
yang Allah Swt berikan ujian sebagai bentuk keimanannya untuk menyembelih sang
putra kesayangan yang dinanti hadirnya. Dialah Ibrahim A.s dan putranya Ismail
A.s yang Allah Swt uji akan kebesaran cinta dan ketaatannya pada Allah Swt. Dua
Rasul diantara Rasul lainnya yang wajib diimani dan yakini oleh seluruh kaum
muslimin. Peran keduanya. Karena ketaatan dan kecintaannya akan perintah Allah
Swt, maka Allah Swt gantikan dengan ternak yang besar, gemuk, dan sehat.
Allah
swt selalu punya cara bagaimana menguji cinta HambaNya atasNya. Berbentuk
kesenangan ataukah sebaliknya. Kesenangan pun ternyata adalah bentuk ujian.
Adakah mereka yang bersyukur saat Allah swt berikan nikmatnya, atau malah kufur
akan nikmat yang sudah diberikan. Tipe manusia berbeda-beda. Ada tipe manusia
yang datang pada Allah Swt saat merasa membutuhkan sesuatu atau malah kesannya
memaksa, dan ada pula yang saat diberikan segalanya lantas berpaling dariNya.
Saat butuh saja baru menuju Allah Swt. Selain kesenangan, ternyata ujian Allah
Swt dalam bentuk lainnya pun beragam. Ada yang diuji dengan kemiskinan tapi
tetap bersyukur, dan adapula yang diuji kemiskinan malah sombong, tak berharap,
tak meminta pada Allah Swt. Lebih berharap pada manusia.
Idul
adha adalah moment penting kita
(manusia) untuk manapaktilasi sejarah Ibrahim dan Ismail A.s. tentang mereka
yang tetap bersyukur meski diberikan ujian yang nyaris mengorbankan perasaan
sayangnya pada sang generasi. Sebab Ibrahim A.s memahami Ismail A.s adalah titipan
Allah Swt. Lalu adakah kita yang memiliki kesetiaan padaNya, tidak dengan
keberadaan putra-putri kita, tapi bisa jadi dengan harta kita mampu untuk
mengorbanya untuk kepentingan agamaNya, syiar kebaikan untuk agamaNya, meski 10
% dari keseluruhan harta kita?
Zakat
yang wajib disalurkan hanyalah 2,5 %, inipun kadang memberatkan sebagian orang,
lalu bagaimana kalau Allah Swt meminta seluruhnya? Ingatkah kita akan Abu Bakar
R.a yang rela memberikan seluruh hartanya untuk Islam bahkan jaminan yang diberikan
cukup Allah Swt dan RasulNya? Atau ingatkan kita akan Umar bin Khattab yang
ingin berlomba dengan Abu Bakar R.a namun tetap tak mampu menyaingi seorang Abu
Bakar? Luar biasa pengorbanan mereka untuk Islam, lalu kita? Kapan bisa
memiliki kerelaan?
Cukuplah
Idul Adha membuat kita menjadi pribadi yang dermawan, mudah memberikan harta
kita pada mereka yang tak merasakan apa yang kita rasakan, lewat qurban kita.
Cukuplah kiranya moment ini menghadirkan hati kita untuk turut merasakan
bahagia atas mereka yang layak mendapatkannya. Sejarah yang disampaikan lewat
kisah para Rasul bukan untuk sekedar dibaca, tanpa di telaah. Islam kaya
khazanah tapi hanya sebagian orang yang mau menyelaminya, mengambil spirit
darinya, termasuk mengambil pesan dari Ibrahim dan Ismail A.s dan kaitannya
dengan idul adha yang akan dijalankan sepekan kedepan.
Happy
ied`adha, saudaraku…
Komentar
Posting Komentar