Korupsi...
Sejarah lahir bukan untuk dijadikan
hanya sebatas pelajaran berharga, melainkan telah tersimpan nilai yang sangat
besar disana. Sejak dahulu sejarah selalu menjadi kisah yang abadi bagi suatu
bangsa, Negara, dan agama. Berbicara sejarah maka kita pun memiliki sejarah
yang panjang. Mulai dari penjajahan bangsa ini hingga kemerdekaannya yang
diusung dengan warna darah oleh pendahulu kita. Indonesia negeri merah-putih,
negeri seribu budaya, negeri kaya akan rempah, sandang, pangan, dan papan.
Negeri yang seharusnya memberikan kemakmuran bagi penduduknya. Namun, realita
tak akan selalu sama, sungguh perbedaan antara realita dan fakta sangat berbeda.
sangat tipis.
KORUPSI mungkin menjadi sebuah realitas
yang menjadi bahan perbincangan. Ibarat bola salju maka inilah realita korupsi
yang kini bergulir bukan lagi laksana bola salju melainkan bola api. Ketika negeri
ini berusaha memberantas permasalahan ini, malah justru korupsi muncul
dikalangan elit negeri. Mulai dari kepolisian yang seharusnya menjaga
kredibilitas negeri hingga bergulir pada pejabat negeri yang juga semestinya
menjadi contoh/figure bagi anak bangsa.
KPK
yang diberikan amanah penting pun dibuat nyaris kelimpungan. Belum selesai BAB
1 muncul BAB-BAB berikutnya. Sejarah korupsi bukan hanya dipraktekkan di era
ini, jauh sebelumnya korupsi juga pernah dipraktekkan oleh orang-orang
terdahulu. Mulai tingatan rendah hingga mewabah ke ranah yang lebi berpengaruh.
Bahkan hitamnya lagi KORUPSI sudah menjadi budaya di negeri ini.
Yang
menjadi latar belakang mengapa KORUPSI bisa menjadi habit adalah : mental
bangsa kita yang semakin mengarah pada kehidupan yang konsumtif dari hari
kehari. Tak merasa cukup dengan apa yang dimiliki hingga tergoda untuk
melakukan praktek KORUPSI dalam kehidupan terlebih dalam amanah yang menjadi
tanggung jawab. Selain mental kita juga berbicara tentang kerusakan system politik,
hukum, dan pemerintahan negeri ini. Hukum yang bisa di beli dengan uang,
politik dengan praktek suap-menyuap atau politik uang, hingga sampai pada
pemerintahan yang carut-marut. Pemerintahan negeri yang jauh dari ketegasan
adalah hal yang begitu tampak. Tentang bagaimana pelaku KORUPSI bagi kelas
bawah, menengah hingga atas. Plesiran adalah istilah yang berkembang untuk
pelaku KORUPSI di pemerintahan. Lantas jika keadaan sudah terlanjur mewabah ke
berbagai lini, apa seharunya yang harus diambil oleh pemerintah untuk merubah
sejarah hitam negeri ini atas KORUPSI menjadi sejarah putih yang haru biru
bersih dari KORUPSI. Namun pangkal utama sebab terjadinya KORUPSI adalah ketika
pelaku-pelaku KORUPSI tak lagi memiliki rasa takut pada Tuhannya. Karena jika ia
merasa solah-olah Tuhan melihatnya, maka tak ada alasan untuknya untuk
melakukan KORUPSI.
Menilik
bagaimana hukum bagi pelaku KORUPSI maka berkaca pada kasus demi kasus yang
terus bergulir hukum bagi pelaku pun jauh dari pelaku-pelaku criminal rendahan.
Pelaku KORUPSI negeri ini sering di berikan diskon dalam penahanannya,
sedangkan mereka yang hanya sebatas pelaku criminal atas sandal jepit dapat
berbuntut panjang dengan masa penahanan yang lebih berat dibanding pelaku
KORUPSI yang telah merugikan negeri ini, membuat sebagian generasi kehilangan
masa sekolah, membuat angka kemiskinan semakin tinggi hingga nyaris membuat
lapangan pekerjaan pun semakin tertutup.
China
dengan hukum KORUPSInya mungkin bisa menjadi “gretak” hebat bagi penduduknya.
Hukuman mati adalah hukuman yang benar-benar mampu memutus rantai KORUPSI
mewabah di negerinya. Generasinya kian tumbuh dengan kreatif serta inovatif di
berbagai bidang. Semua kembali pada bagaimana tatanan hukum, politik dan
pemerintahannya. Pemerintah yang secara tegas mempraktekkan bahwa KORUPSI
adalah kriminalitas yang sangat membahayakan bangsa.
Inilah
sejarah, sejarah tak bertuan yang pada akhirnya akan memberikan penilaian bagi
setiap negeri. Negeri moralitas atau negeri antah berantah dengan seribu macam
permasalahan yang tak kunjung redam.
Namun
dibalik sejarah kelabu ini, telah lahir lebih dahulu sebuah sejarah bernilai
tinggi dari sebuah pemerintahan hebat Umar bin Abdul Aziz yang begitu
memperhatikan nilai-nilai kecil disekitarnya hingga masa kepemimpinan di bawah
pemerintahan beliau adalah masa kekemasan Islam setelah beberapa decade
sebelumnya. Masa dimana mercusuar ilmu pengetahun dari berbagai bidang lahir
dari tangan-tangan generasi yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Sebuah
kisah sejarah yang seharusnya menjadi tolak ukur kesuksesan yang jauh dari
praktek KORUPSI yang sesungguhnya tak hanya menyengsarakan diri melainkan
seluruhnya.
Diceritakan
suatu ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz tengah menerima tamu di rumahnya.
Tamu yang berbicara tentang pemerintahan. Menjamu tamunya beliau menyalakan
lentera yang terang benderang hingga wajah tamunya terlihat bergitu jelas.
Namun hal ini berbeda ketika putra beliau masuk ke ruangan beliau, menyampaikan
permasalahan pribadi yang tak ada kaitannya dengan urusan pemerintahan. Serta
merta beliau mengganti lentera dengan lentera yang kecil dan menyisakan cahaya
yang buram nan gelap. Ketika beliau ditanya mengenai hal ini beliau memberikan
jawaban yang luar biasa “lentera ini milik ummat, maka hendaknya lentera ini
hanya digunakan dalam urusan keummatan” Subhanallah, sejarah mana yang
berbicara hal kecil yang berdampak besar selain sejarah Islam yang kaya.
Lahirnya sejarah 2 Umar menjadi sebuah pemikiran bahwa mereka di abadikan
sejarah bukan untuk misi lain, selain memberikan ibrah bagi generasi
selanjutnya.
Indonesia
dengan akar budaya yang beragam, andai bisa menjadikan sejarah sebagai tolak
ukur maka tak bukan dan tak lain akan mampu membawa Indonesia menjadi lebih
terhormat di mata dunia secara keseluruhan, begitu pula negeri lainnya.
KORUPSI bukan lagi berbicara wilayah
civitas akademika, para politikus negeri, para jaksa atau hakim, para pengacara
apalagi penegak hukum. KORUPSI adalah masalah bersama. Solusi yang mungkin bisa
meninggalkan jejak “KAPOK” adalah selain me”rumahkan” pelakunya dengan
ketentuan hukum berlaku tanpa diskon, me”Larat”kan pelakunya hingga miskin papa
tanpa apapun agar mereka menghargai proses kehidupan, atau memperlakukan system
extrim laksana China dengan tujuan jangka panjang. Merupakan bagian dari solusi
yang bisa dibangun bersama-sama antara satu negeri dengan negeri lainnya. Sebab
KORUPSI bukan lagi berbicara pelanggaran HAM tapi lebih dari itu. Maka
keadilan, ketegasan hukum, dan kerja sama yang dibangun antar negara keseluruhan yang berada di dunia
mungkin dapat menciptakan mata rantai yang efektif untuk memusuhi KORUPSI bukan
hanya sebatas lisan, kata, namun disertai action yang jelas. NO ACTION, TALK
ONLY bukanlah slogan yang seharusnya di gunakan saat ini. Saat sekarang adalah
TALK AND ACTION TO KORUPSI!
Komentar
Posting Komentar