SEPAKBOLA DAN AZAN
Gema
azan ashar sudah menggema. Saling memanggil dari masjid satu ke masjid yang
lainnya dengan satu tujuan. Mengajak kaum muslimin untuk segera menuaikan
seruan untuk segera datang pada undangan Allah swt di RumahNya. Namun sebuah
pemandangan sore itu membuat hembusan nafas terasa berbeda dengan sebelumnya.
Sebuah
masjid berdiri kokoh dengan warna hijau yang terang di sebuah wilayah kota yang
ramai, sedangkan persis di depan masjid, berjarak hanya beberapa langkah sebuah
helatan sepakbola tengah berlangsung ramai dengan penonton yang menjejali
hampir seluruh pinggir lapangan bahkan mencangklongkan tangannya di atas batas
pagar setinggi dada orang dewasa. Tenang dan asyik menyaksikan helatan
sepakbola dengan teriakan yang membahana disertai sorakan pada setiap pemain
yang diidolakan.
Azan
telah memanggil, namun keinginan untuk segera menyegerakan panggilan ilahi pun
seolah hanya panggilan biasa dan tak pantas untuk segera diindahkan. Khawatir
kehilangan moment dimana sang pemain menceta gol ke gawang lawan. Tak khawatir
bagaimana gol dipintu neraka telah menanti. Nauzubillahi min dzalik.
Sepakbola
bukan lagi permainan yang membosankan untuk kalangan muda maupun tua yang
menyukainya. Meskipun dunia persepakbolaan tanah air sedang bergolak dengan
urusan yang tak selesai-selesai. Entahlah…
Menyaksikan helatan sepakbola
mampu melupakan hamba akan tuhanNya, apatah lagi anak akan orang tua, suami
akan istri. Ternyata hal itu sama besarnya dengan ketika menyaksikan sepakbola
hanya melalui TV. Rela begadang hingga shubuh hanya karena sepakbola dan bahkan
sebagian (afwan) lalai menyegerakan shalat, lupa menyegerakan shalat bahkan
meninggalkannya hanya kantuk yang terasa beratnya dimata. Bukti bahwa memang
syaitan tengah mengikat bahkan disebuah kisah dikatakan di kencingi syaithan
hingga mata enggan untuk terbuka. Astagfirullah…
Jika
keadaan ini akan terus berulang maka akan menjadi habit (kebiasaan) yang
semakin tinggi. Malah ironisnya terkadang tayangan itu di saat-saat kaum
muslimin seharusnya menyeru panggilan TuhanNya.
Ironis bahkan terkesan sangat
menyedihkan!
Tak ada yang melarang untuk
menyaksikan helatan sepakbola, namun jangan pernah lupa akan kewajiban yang
seharusnya disegerakan, didirikan. Sepakbola sejenak ditinggalkan untuk shalat,
toh terkadang akan ada putaran ulang atau malah bagaimana endingnya bisa
ditanyakan pada orang sekitar yang menyaksikan. Namun ketika seruan Allah Swt
diabaikan, dilalaikan, hal ini bukan berbicara tentang apapun yang sederhana
namun hal ini berbicara tentang “dosa”. Meninggalkannya pun menjadi bagian
pembeda antara kaum muslimin dengan kekafiran. Bahkan melalaikannya dengan
sengaja pun memiliki rules yang tak sederhana. Begitu diberitahu hanya anggukan
yang diberi, namun tak memahami secara mendalam. Bahwa shalat adalah hal paling
penting dalam agama. Hal pertama yang akan dihisab di yaumul qiyamah kelak.
Allah
Swt tak akan pernah bertanya “berapa gol yang diciptakan oleh ….” Namun yang
Allah Swt tanyakan adalah “untuk apa usia mudamu, kamu pergunakan di bumi?”
jika begini apakah lisan yang kelak tak dapat bersaksi akan berbicara dengan
bahasa “ngeyel” ketika Allah Swt memanggil untuk shalat dahulu? TIDAK! Maka
persaksian seluruh anggota badanlah yang akan bebicara. Kaki, tangan, mulut,
kulit dan seterusnya akan berbicara kejujuran, bukan seperti lidah yang banyak
cabangnya.
Boleh
menyaksikan sepakbola, sekali lagi tak ada yang melarang. Namun perhatikan
waktu-waktu dimana Allah Swt memanggil. Agar kita tak termasuk dalam golongan
orang-orang yang melalaikan shalat.
Sepakbola
dan azan. Kedua-duanya adalah panggilan. Satu bersifat dunia dan satunya untuk
kepentingan akhirat. Dahulukan yang mampu memberikan keselamatan jiwa di saat
tak ada yang mampu memberikan pembelaan kecuali kebaikan, shalat yang kita
segerakan di yaumul akhir kelak. Wallahu a`lam bissawab.
Curhat perjalanan 13
Komentar
Posting Komentar